Magister Kesehatan Masyarakat FK-KMK UGM Sukses Gelar Public Health Symposium ke-14: Soroti Integritas Etika dalam Program dan Riset Kesehatan

Yogyakarta, 15 Mei 2025 — Program Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada kembali menunjukkan konsistensinya dalam mendukung pengembangan ilmu dan praktik kesehatan masyarakat melalui penyelenggaraan Public Health Symposium (PHS) ke-14. Kegiatan ini digelar pada 14–15 Mei 2025 di Gedung Ilmu Kesehatan Masyarakat FK-KMK UGM, dan tahun ini mengangkat tema “Strengthening Ethical Integrity in Public Health Programs and Research.”

Tema ini dipilih sebagai respons terhadap semakin kompleksnya tantangan dalam dunia kesehatan masyarakat, di mana aspek etika memegang peranan sentral dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi program dan riset. Simposium ini menjadi ruang penting untuk mendiskusikan bagaimana nilai-nilai etika dapat diterapkan secara konkret dalam berbagai konteks lokal maupun global.

PHS ke-14 berhasil menarik perhatian luas dari kalangan akademisi, peneliti, mahasiswa, dan praktisi kesehatan masyarakat. Tercatat lebih dari 90 abstrak ilmiah diterima oleh panitia, mencerminkan tingginya antusiasme dan kepedulian terhadap isu-isu strategis dalam dunia kesehatan. Tidak hanya dari lingkungan UGM, para pengirim abstrak dan peserta simposium juga berasal dari berbagai universitas dan institusi di luar UGM, termasuk dari wilayah-wilayah lain di Indonesia.

Seluruh abstrak yang masuk telah melalui proses seleksi yang ketat oleh tim reviewer yang kompeten. Seleksi ini tidak hanya mempertimbangkan orisinalitas ide dan kekuatan metodologi, tetapi juga sejauh mana penelitian yang diajukan dapat memberikan kontribusi pada penguatan praktik kesehatan masyarakat yang beretika. Seperti tahun-tahun sebelumnya, simposium ini juga akan menobatkan beberapa abstrak terbaik yang dinilai paling unggul dan relevan.

Selama dua hari pelaksanaan, peserta disuguhi rangkaian sesi paralel yang membahas berbagai topik terkait dengan kebijakan kesehatan, epidemiologi, promosi kesehatan, manajemen layanan kesehatan, hingga riset kesehatan berbasis komunitas. Sesi-sesi ini tidak hanya menjadi forum berbagi pengetahuan, tetapi juga mendorong kolaborasi lintas institusi dan membuka peluang kerja sama riset ke depan.

Penyelenggaraan PHS ke-14 ini memperkuat peran Program Magister Kesehatan Masyarakat FK-KMK UGM sebagai pelopor dalam menciptakan ruang dialog akademik dan praktik yang terbuka, inklusif, dan berintegritas. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memperkaya wawasan mahasiswa serta praktisi dalam merancang intervensi dan penelitian yang tidak hanya berbasis bukti, tetapi juga menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika.

Dengan semakin berkembangnya tantangan dalam dunia kesehatan masyarakat, PHS ke-14 menjadi pengingat penting bahwa ilmu dan etika harus berjalan beriringan demi mewujudkan pelayanan kesehatan yang adil, transparan, dan bertanggung jawab bagi masyarakat luas.

Penulis: Nanda Melania D.

Dosen Magister Kesehatan Masyarakat Isi Annual Training Pascasymposium Kesehatan Masyarakat

Yogyakarta, 17 Mei 2025 — Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi (BEPH) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM kembali menyelenggarakan kegiatan Annual Training sebagai rangkaian lanjutan dari Public Health Symposium (PHS). Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, pada 16–17 Mei 2025, bertempat di Gedung Ilmu Kesehatan Masyarakat FK-KMK UGM.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, peserta annual training kali ini tidak hanya berasal dari lingkungan FK-KMK UGM, namun juga melibatkan peserta dari berbagai instansi di luar UGM. Hal ini menunjukkan antusiasme dan kebutuhan yang besar dari berbagai kalangan terhadap pelatihan yang ditawarkan.

Tahun ini, Annual Training mengusung dua topik utama yang dirancang untuk mendukung pengembangan kapasitas mahasiswa dan profesional di bidang kesehatan masyarakat, khususnya mereka yang juga aktif bekerja. Topik pertama adalah “Introduction to R for Health Data Analysis” yang dibawakan oleh dr. Ahmad Watsiq Maula, MPH. Sesi ini membekali peserta dengan kemampuan dasar dalam menggunakan perangkat lunak R untuk analisis data kesehatan, yang semakin banyak digunakan dalam riset dan praktik kesehatan masyarakat.

Topik kedua adalah “Systematic Review and Meta-Analysis” yang disampaikan oleh Bayu Satria Wiratama, S.Ked., MPH., Ph.D., dan M. Syairaji, SKM., MPH. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang metode kajian pustaka sistematis dan meta-analisis, yang menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan berbasis bukti di dunia kesehatan.

Dr. Bayu Satria menyampaikan bahwa kegiatan seperti Annual Training ini sangat penting, khususnya bagi mahasiswa yang juga berkarier di luar kampus. “Melalui pelatihan seperti ini, kami berharap peserta tidak hanya mampu meningkatkan kapasitas mereka secara teknis, tetapi juga mampu menyebarkan ilmu yang diperoleh ke ranah yang lebih luas lagi,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa apabila terdapat kebutuhan akan pelatihan serupa di masa mendatang, para peserta atau institusi dapat langsung menghubungi kontak person Departemen BEPH.

Kegiatan Annual Training ini menjadi bagian dari komitmen FK-KMK UGM dalam mendukung pembelajaran sepanjang hayat dan penguatan kapasitas profesional di bidang kesehatan masyarakat, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi.

Penulis: Nanda Melania D.

Photovoice sebagai Jembatan Inklusivitas bagi ODHA dan Populasi Kunci: Seminar Rabuan Departemen BEPH FK-KMK UGM

Yogyakarta, 19 Maret 2025 — Upaya membangun masyarakat yang inklusif terhadap Orang dengan HIV (ODHIV) kembali menjadi perhatian dalam Seminar Rabuan yang diselenggarakan oleh Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi (BEPH), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Rabu (19/3/2025). Seminar bertajuk “Bagaimana Photovoice Membantu Masyarakat Inklusif Terhadap Orang Dengan HIV” ini menghadirkan Dr. Ami Kamila, S.ST., M.Kes sebagai narasumber dan dimoderatori oleh Widyawati, S.Kp., M.Kes., Ph.D.

Dalam sambutannya, Kepala Departemen BEPH, Dr. Mub, menekankan pentingnya membangun masyarakat yang inklusif dalam konteks kesehatan populasi. “Inklusivitas berarti tidak membedakan siapa yang menjadi bagian dari populasi. Semua berhak atas layanan dan perlindungan kesehatan, termasuk mereka yang hidup dengan HIV. Kesehatan adalah milik bersama, bukan hanya milik individu,” ujarnya.

Dr. Ami Kamila membagikan hasil penelitiannya mengenai photovoice, sebuah metode partisipatif yang memadukan foto dan narasi pribadi untuk menyuarakan pengalaman komunitas yang terstigma, khususnya ODHIV dan populasi kunci. Menurutnya, photovoice bukan hanya alat penelitian, tetapi juga merupakan intervensi sosial yang kuat.

“Photovoice memungkinkan populasi terdampak untuk mendokumentasikan pengalaman mereka sendiri, menyampaikan kisah mereka secara langsung kepada masyarakat dan tenaga kesehatan,” jelas Dr. Ami. Ia menambahkan bahwa metode ini membuka ruang dialog dan refleksi yang selama ini jarang terjadi dalam pendekatan medis konvensional. Dalam pameran virtual yang dirancang dari hasil penelitiannya, pengunjung tidak hanya melihat foto, tetapi juga mendengar langsung suara mereka yang kerap terpinggirkan.

Beberapa temuan yang ditampilkan dalam pameran menggambarkan kerasnya stigma yang dihadapi populasi kunci. Mulai dari diskriminasi dalam layanan kesehatan hingga penolakan oleh keluarga, masing-masing kisah yang terdokumentasi mengungkapkan realitas menyakitkan yang masih banyak terjadi di tengah masyarakat. Foto-foto seperti alat makan yang tak diberikan kepada pasien HIV, tangan penuh luka akibat kekerasan keluarga, hingga wajah-wajah yang kehilangan harapan menjadi pengingat bahwa perjuangan melawan stigma masih jauh dari usai.

Dr. Ami menegaskan bahwa meski kemajuan medis telah memungkinkan pengobatan HIV berkembang pesat, tantangan besar tetap terletak pada target ketiga dari kampanye Three Zero: nol stigma dan diskriminasi. “Tanpa disadari, masyarakat—termasuk tenaga kesehatan—masih menjadi penghalang bagi ODHIV untuk mendapatkan hak kesehatan yang layak,” ungkapnya.

Hasil dari pameran photovoice menunjukkan adanya perubahan persepsi di kalangan pengunjung, yang mencakup tenaga kesehatan, mahasiswa, dan masyarakat umum. Sebagian besar partisipan mengaku lebih memahami dan lebih empatik setelah mengikuti pameran, bahkan menyatakan terkejut melihat bagaimana dalamnya dampak stigma yang dialami para penyintas HIV.

Diskusi juga membahas tantangan implementasi pendekatan serupa di Indonesia, termasuk pertanyaan dari peserta tentang bagaimana negara-negara lain menghadapi stigma terhadap HIV. Dr. Ami menjelaskan bahwa secara global sudah banyak kampanye seperti Three Zero, harm reduction, hingga edukasi publik melalui media. Namun, implementasinya di Indonesia masih menghadapi kendala besar, salah satunya adalah kurangnya ruang ekspresi dan masih minimnya dukungan multisektor.

“Photovoice membuka jalan untuk membangun empati yang lebih dalam dan mendekatkan masyarakat kepada realitas yang selama ini tersembunyi. Harapannya, pendekatan ini bisa terus diperluas dan didukung lintas sektor untuk membangun masyarakat yang lebih adil, empatik, dan benar-benar inklusif,” pungkas Dr. Ami.

Penulis: Nanda Melania D.

BBKK Soekarno Hatta Paparkan Pengalaman Penanganan Pandemi di Pintu Masuk Negara dalam Webinar FKKMK UGM

Yogyakarta, 16 April 2025 – Pandemi COVID-19 telah menjadi momen penting yang menguji kesiapan dan ketangguhan sistem kesehatan masyarakat global. Salah satu aspek yang krusial dalam respons terhadap pandemi adalah pengelolaan Points of Entry (PoE) atau pintu masuk negara, seperti bandara, pelabuhan, dan perbatasan darat. Isu ini menjadi pokok bahasan dalam webinar bertajuk “Manajemen Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk Negara: Pembelajaran dari Pandemi COVID-19 dan Kesiapan Menghadapi Ancaman Ke Depan” yang diselenggarakan secara daring oleh Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, FK-KMK UGM, pada 16 April 2025.

Webinar ini dimoderatori oleh dr. Vicka Oktaria, MPH, PhD, FSRPH dan menghadirkan pembicara utama Naning Nugraheni, SKM, MKM, perwakilan dari Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBKK) Soekarno Hatta. Dalam paparannya, Naning membagikan pengalaman BBKK dalam menghadapi pandemi, termasuk transformasi kelembagaan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan menjadi BBKK sejak 1 Januari 2024.

BBKK Soekarno Hatta memiliki peran vital sebagai garda terdepan dalam mencegah masuk dan keluarnya penyakit menular melalui jalur transportasi udara. Saat pandemi COVID-19, BBKK menerapkan berbagai kebijakan dan protokol kesehatan, seperti penggunaan aplikasi ORE, pemeriksaan suhu tubuh, rapid test, PCR, serta skrining dan karantina di Wisma Atlet bagi pelaku perjalanan yang terdeteksi positif. Alur pengawasan juga mencakup validasi dokumen kesehatan dan pelaporan melalui sistem daring.

Naning menegaskan bahwa BBKK memiliki lima tim kerja dan sembilan instalasi penunjang yang menangani berbagai aspek, mulai dari surveilans, pengawasan alat angkut, hingga layanan vaksinasi internasional dan pengelolaan limbah medis. Selain itu, terdapat empat wilayah kerja (wilker) utama di Bandara Soekarno Hatta, termasuk Terminal 1, 2, 3, dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta 15 titik pengawasan yang aktif saat pandemi.

Dalam konteks sejarah kekarantinaan, Naning menyoroti pentingnya kerangka hukum nasional dan internasional, seperti International Health Regulations (IHR) 2005 dan UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, yang menjadi dasar penanganan pandemi di Indonesia. Ia juga menekankan bahwa kesiapan Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2008 melalui berbagai simulasi dan pelatihan.

“Pemikiran pemimpin kita sudah sangat maju dalam mempersiapkan sistem respons di pintu masuk negara,” ujarnya. “Kolaborasi dengan pemerintah daerah, dinas kesehatan, dan berbagai stakeholder menjadi kunci dalam mendeteksi, merespons, dan menanggulangi potensi penyebaran penyakit dari wilayah internasional ke domestik.”

Naning juga membahas tantangan pada masa transisi pandemi ke endemi, termasuk kebutuhan akan kebijakan yang fleksibel namun berbasis data, serta pentingnya interpretasi kebijakan yang konsisten di lapangan agar tidak menimbulkan potensi konflik.

Webinar ini menjadi refleksi penting terhadap pelajaran dari pandemi COVID-19, sekaligus mendorong diskusi mengenai kesiapan menghadapi ancaman kesehatan global di masa depan. Kegiatan ini juga sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), dengan memperkuat sistem ketahanan kesehatan melalui pendekatan lintas sektor dan berbasis bukti.

Enam Mahasiswa Swedia Lakukan Penelitian di UGM dalam Program Pertukaran Mahasiswa Non-Gelar

Yogyakarta, Maret 2025 – Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada kembali menerima mahasiswa asing dalam program Incoming Student Research Programme – Non-Degree. Pada semester ini, enam mahasiswa dari Swedia yang berasal dari Universitas Gothenburg (UGOT) dan Universitas Umeå menjalankan kegiatan penelitian di UGM selama dua bulan, yaitu Maret hingga April 2025.

Selama periode penelitian, para mahasiswa menggunakan data dari Sleman Health and Demographic Surveillance System (HDSS) serta Indonesia Family Life Survey (IFLS) sebagai sumber utama. Topik penelitian yang dikaji sangat beragam, mulai dari ketahanan pangan pada kelompok disabilitas dan kaitannya dengan kesehatan mental, hingga isu kehamilan, kesehatan reproduksi, dan cedera (injury). Selain melakukan pengambilan dan analisis data, para mahasiswa juga dijadwalkan mengunjungi berbagai fasilitas layanan kesehatan guna memperdalam pemahaman kontekstual terkait penelitian mereka.

Program ini merupakan bagian dari kolaborasi jangka panjang antara UGM, UGOT, dan Universitas Umeå dalam bidang kesehatan masyarakat. Di bawah bimbingan para dosen UGM, mahasiswa diharapkan mendapatkan pengalaman riset yang komprehensif sekaligus memperluas wawasan akademik mereka. Tak hanya itu, kehadiran mereka turut membuka ruang pertukaran ilmu, perspektif, dan pengalaman dengan mahasiswa serta sivitas akademika UGM.

Pelaksanaan program ini juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3 (Good Health and Well-Being), dengan memperkuat kapasitas riset di bidang kesehatan masyarakat, serta SDG 4 (Quality Education) melalui penyediaan pengalaman belajar lintas budaya. Selain itu, program ini turut berkontribusi pada SDG 17 (Partnerships for the Goals), dengan membangun kemitraan internasional yang berkelanjutan dalam bidang akademik dan penelitian.

Melalui program ini, diharapkan tercipta kolaborasi riset jangka panjang yang tidak hanya memperkaya pengalaman akademik para mahasiswa, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan solusi untuk tantangan kesehatan masyarakat, baik di tingkat lokal maupun global.

Penulis: Nanda Melania D. dan Zilfani Fuadiyah Haq

Dosen Magister Kesehatan Masyarakat UGM Berkontribusi dalam Workshop Monitoring dan Evaluasi Proyek STRIPE di Yogyakarta

Yogyakarta, 7 Februari 2025 – Dosen Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat (MKM), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr. Ardhina Ramania, MPH, berperan aktif sebagai fasilitator dalam Workshop “Preparation on Implementation Action Plans and Workshop on Monitoring and Evaluation” yang diselenggarakan pada 5–7 Februari 2025 di Hotel Swiss-Belboutique Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek global STRIPE (Synthesis and Translation of Research and Innovations from Polio Eradication), yang bertujuan mendukung upaya penghapusan polio melalui penguatan kapasitas penelitian di Indonesia.

Selama dua hari terakhir pelaksanaan workshop, dr. Ardhina memberikan materi seputar Goals and Objectives, Results Chain, dan Data Quality. Materi disampaikan melalui pendekatan interaktif dan diskusi kelompok yang mendorong peserta untuk memahami secara mendalam konsep dasar monitoring dan evaluasi (M&E) dalam konteks implementasi program kesehatan masyarakat.

Workshop ini diikuti oleh para fasilitator dari Universitas Andalas, Universitas Udayana, dan Universitas Lambung Mangkurat, baik secara langsung maupun daring. Tujuan utama kegiatan ini adalah membekali para peserta dengan keterampilan teknis dalam M&E agar dapat memastikan pelaksanaan program eradikasi polio berlangsung secara efektif, terukur, dan berbasis data yang kuat.

Kegiatan ini juga mencerminkan komitmen terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG ke-3 tentang Good Health and Well-Being, yang berfokus pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta penghapusan penyakit menular seperti polio. Selain itu, workshop ini turut mendukung SDG ke-4 tentang Quality Education dengan menekankan pengembangan kapasitas tenaga akademik dan praktisi dalam pengambilan keputusan berbasis bukti.

Melalui pelatihan ini, diharapkan para fasilitator mampu menjadi agen perubahan yang berkontribusi langsung terhadap keberhasilan program kesehatan masyarakat yang berkelanjutan, khususnya dalam upaya global untuk mengakhiri polio.

Penulis:  Zilfani Fuadiyah Haq dan Nanda Melania D.

Diskusi Kemitraan KONEKSI : Membangun Jaringan dan Kolaborasi Riset Australia-Indonesia

Yogyakarta, 4 Maret 2025– Diskusi Kemitraan KONEKSI yang diselenggarakan di Harper Hotel, Yogyakarta, menjadi ajang penting bagi para mitra pengetahuan berbasis di Yogyakarta untuk bertemu, berjejaring, dan mengeksplorasi peluang kolaborasi riset internasional. Acara ini juga menjadi momen mempererat hubungan antar pemangku kepentingan dalam dunia akademik dan penelitian dan mengumpulkan para peneliti berbasis di Yogyakarta guna memperkuat kolaborasi dalam riset internasional. 

KONEKSI (Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia) adalah inisiatif kolaboratif di sektor pengetahuan dan inovasi yang bertujuan mendukung kemitraan antara organisasi di Australia dan Indonesia. Program ini mendorong kerja sama dalam kebijakan dan teknologi yang inklusif serta berkelanjutan. Didukung oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, KONEKSI berupaya membangun kemitraan pengetahuan yang setara serta memanfaatkan pengetahuan lokal untuk mengatasi tantangan sosial-ekonomi termasuk kesehatan dan perubahan iklim. Diskusi ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan penelitian yang telah dilakukan serta menjajaki peluang kerja sama di masa depan. 

Salah satu peserta yang turut hadir adalah Erlin Erlina, SIP, MA, PhD, dosen Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FKKMK UGM. Beliau berperan aktif dalam diskusi terkait penguatan kerjasama penelitian antara Indonesia dan Australia. Kehadiran beliau menjadi salah satu aspek penting dalam membangun sinergi antara akademisi dan mitra penelitian lainnya.

Para peserta diskusi berasal dari berbagai institusi, termasuk universitas negeri dan swasta, lembaga pendidikan vokasi, sektor swasta/korporasi, Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO), wakil dari pemerintah Australia, serta perwakilan pusat studi dan organisasi riset nasional. Dengan kehadiran berbagai pihak tersebut, diskusi ini berhasil menciptakan wadah interaktif untuk bertukar gagasan dan pengalaman dalam membangun kerja sama penelitian yang lebih luas.

Salah satu hasil konkret dari agenda ini adalah rencana pembentukan KONEKSI Research Hub. Inisiatif ini bertujuan untuk memudahkan networking dan membuka lebih banyak peluang kerja sama antara peneliti Indonesia dan Australia. KONEKSI Research Hub diharapkan menjadi platform yang mempercepat pertukaran pengetahuan, memperluas akses terhadap sumber daya riset, serta memperkuat kontribusi penelitian terhadap pembangunan berkelanjutan di kedua negara.

Komitmen KONEKSI sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs), terutama dalam meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas (SDG 4) melalui penguatan kolaborasi penelitian dan pertukaran pengetahuan. Selain itu, program ini juga berkontribusi pada pengembangan industri, inovasi, dan infrastruktur (SDG 9) dengan membangun ekosistem penelitian yang lebih kuat dan inovatif. Lebih jauh, KONEKSI mendukung pencapaian SDG 17 dengan mendorong kemitraan yang erat antara akademisi, sektor swasta, dan pemerintah guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Dengan adanya diskusi semacam ini, diharapkan sinergi antara akademisi, sektor industri, dan lembaga penelitian semakin erat. Kolaborasi yang berkelanjutan ini diharapkan dapat memberikan dampak luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan publik di Indonesia maupun Australia.

Penulis: Nanda Melania D. dan Zilfani Fuadiyah Haq